Kita menuai apa yang telah kita tanam

Kita menuai apa yang telah kita tanam adalah sebuah ungkapan yang menggambarkan hukum universal tentang sebab-akibat.
  • Walaupun kita lupa pernah berbuat baik kepada orang lain, tapi hukum Tuhan tidak pernah lupa. 
Pada saatnya kelak,
kita pasti akan menerima kebaikan-kebaikan yang sepadan, bahkan melebihi apa yang pernah kita lakukan.
  • Begitu juga sebaliknya. 
Kita boleh saja lupa pernah berbuat jahat pada orang lain.
Namun, bila saatnya telah tiba, kita pasti akan menerima ganjaran yang setimpal dengan perbuatan kita. 
Hal tersebut sejalan dengan keyakinan dan ajaran subha asubha karma yang harus kita praktikkan, yaitu menjauhkan diri dari berbuat kejahatan yang merugikan orang lain dan selalu berbuat baik dan membantu sesama makhluk.
Dan kebaikan masa lalu yang telah diperbuat dan mungkin tidak pernah anda ingat lagi, bisa saja akan dapat menyelamatkan hidup anda hari ini.
Meski cerita berikut sulit dipercaya, tetapi peristiwa semacam ini bisa terjadi di kehidupan nyata.

Alkisah, di sebuah kerajaan, sang raja mempunyai kegemaran yang tidak lazim, yakni mengukur kekuatan prajuritnya dengan cara mengadu mereka di arena aduan dengan binatang buas. 
Banyak tentara yang mati sia-sia karena kesenangan yang mengerikan dari raja mereka. 
Tetapi, tidak ada seorang pun yang berani menentangnya.
Karena, menentang perintah raja berarti mati!
Suatu ketika, hari aduan kembali tiba. 
Telah disiapkan prajurit dan hewan buas.
Dan dari kejauhan, terdengar suara raungan marah dan lapar seekor harimau, sehingga membuat siapa pun yang mendengar menjadi ciut nyalinya, apalagi prajurit yang akan diadu.
Setelah sang raja duduk di tempatnya, seorang prajurit pun melangkah memasuki arena aduan dengan kepasrahan sembari berdoa, siapa tahu keberuntungan memihaknya hingga tak perlu meregang nyawa. 
Tak berapa lama, pintu kandang harimau pun dibuka. Segera si harimau mengaum sambil melangkahkan kakinya masuk ke arena dengan sikap waspada.
Beberapa saat, aroma ketegangan pun menghiasi suasana. Si prajurit segera menyiapkan diri untuk mempertahankan diri dari serangan harimau. 
Namun, sebuah keanehan terjadi. Harimau yang terlihat ganas bukannya segera menyerang dan siap memakan mangsanya, tetapi dia malah berputar mengendus-endus mengitari si prajurit tanpa menunjukkan sikap bermusuhan sama sekali.
Anehnya lagi, harimau justru berusaha mendekat ke prajurit yang tadi sudah siap melawan harimau. 
Prajurit makin terheran dengan tindakan harimau yang lantas menjulurkan lidahnya dan menjilat kaki si prajurit tanpa bermaksud menyakiti sedikit pun. Arena aduan pun menjadi heboh.
Raja segera memerintahkan membawa si prajurit ke hadapannya. 
"Hai prajurit! Apa yang telah kamu lakukan kepada harimau kelaparan itu sehingga dia tidak melahapmu, malah seakan dia tunduk dan menghormatimu?
Ilmu apa gerangan yang kamu pakai?
Segera beritahu rajamu ini," perintah sang raja.
"Ampun baginda. Hamba juga tidak mengerti apa yang terjadi. Hamba hanya pasrah sembari bersiap menghadapi kemungkinan terburuk yang terjadi. 
Tetapi, setelah melihat harimau yang tiba-tiba mendekati tanpa terlihat ingin menyerang, hamba juga segera menghentikan niat hamba mempertahankan diri.
Saat itu, kemudian hamba teringat sebuah peristiwa. 
Dahulu sekali, hamba pernah menyelamatkan dan mengobati seekor harimau kecil yang sedang diburu dan terluka. 
Dan sangat mungkin, harimau kecil itu adalah harimau yang sama yang ada di arena tadi. 
Kebaikan masa lalu yang telah hamba perbuat dan tidak pernah hamba ingat, ternyata telah menyelamatkan hidup hamba hari ini."
Kisah di atas hanya sebagai gambaran nyata dari pepatah "kita menuai apa yang kita tanam."
Untuk itu,
Setelah menyimak kisah harimau dan prajurit ini disebutkan mari terus menanamkan benih kebaikan di setiap kesempatan yang ada, baik pada lingkungan terdekat kita maupun pada sesama. 
Niscaya, kita akan mampu menjalani hidup dengan penuh kedamaian, kebahagiaan, dan keharmonisan.
***