Perbedaan Agama

Pada dasarnya dikatakan setiap orang terlahir pada mulanya tidak membawa agama.
Seperti halnya dalam melestarikan sebuah tradisi yang diteruskan dari generasi ke generasi, terkadang keluarganyalah yang awalnya menentukan sebuah agama apa yang akan dianut oleh anaknya kelak.
Dalam pemahaman di Bali dalam kemajemukan yang ada berdasarkan konsep Tat Twam Asi dikatakan kita hendaknya dapat memandang seluruh dunia ini sebagai suatu keluarga besar yang mengagungkan satu kebenaran yang sama, sehingga diharapkan semua agama tersebut menghargai segala bentuk keyakinan dan tidak mempersoalkan perbedaan agama. 
Dalam salah satu kitab suci Bhagawadgita disebutkan bahwa : 
Jalan mana pun yang ditempuh seseorang kepada-Ku, Aku memberinya anugerah setimpal.
Dikisahkan dalam berita BBC, seorang bayi yang tertukar di keluarga Muslim dan Hindu, yang kini menolak dikembalikan.

Diceritakan, 
Meski awalnya sempat ragu dengan perasaan sang istri, Shahabuddin membawa masalah ini ke rumah sakit dan kepada pejabat rumah sakit ia sampaikan bahwa mungkin bayinya tertukar. 
Tapi pejabat ini mengatakan bahwa istrinya mungkin sakit jiwa dan perlu bantuan psikiater.
Shahabuddin pun tak menyerah. 
Ia lantas mengajukan petisi meminta rumah sakit mengeluarkan rincian tentang bayi-bayi yang lahir di rumah sakit yang bersamaan dengan waktu lahirnya Jonait.
Terdapat tujuh bayi yang lahir di waktu yang hampir bersamaan. Shahabuddin juga mendapatkan informasi tentang tujuh ibu yang melahirkan, di antaranya bernama Shewali Boro.
"Saya dua kali datang ke desanya namun terus terang saya tak sampai hati untuk mengetuk pintu rumahnya," kata Shahabuddin.
"Akhirnya saya menulis surat kepadanya. Saya katakan bahwa kami meyakini bayi kami tertukar dengan bayinya. Saya bertanya apakah ia juga merasakan hal yang sama. Saya tulis nomor telepon kami di akhir surat dengan harapan ia akan menghubungi kami," ungkap Shahabuddin.
Shewali dan suaminya, Anil, tinggal di desa kesukuan yang berjarak sekitar 30 kilometer dari rumah Shahabuddin dan Salma.
Berbeda dengan Shahabuddin dan istrinya yang memeluk Islam, Shewali dan mayoritas warga di desanya adalah pemeluk Hindu.
Anil mengatakan selama ini ia dan istrinya tak pernah curiga bayi mereka tertukar sampai mereka menerima surat dari Shahabuddin. 
Bagi Anil dan Shewali, bayi yang tertukar adalah hal yang mustahil terjadi.
Tapi keyakinannya langsung berubah begitu ia dan istrinya bertemu keluarga Shahabuddin.
"Ketika pertama kali melihat Jonait, saya menyadari kalau wajahnya mirip dengan suami saya. Saya sedih dan menangis," kata Shewali. Penampilan Jonait memang tak seperti kebanyakan warga Muslim di Assam.
Dan upaya tes DNA dan mendapatkan keadilan hukum pun akhirnya ditempuh.
"Juga, Jonait tak berhenti menangis selama di pengadilan. Ia duduk di pangkuan adik ipar dan ia tak mau lepas. 
Jonait memegangnya erat-erat," kata Salma.
Riyan juga begitu. Ia menangis dan tangannya memegang leher Shewali.
Suami Shewali, Anil, mengatakan :
Menukar anak bukan tindakan yang bijak karena bisa melukai kejiawaan mereka. "Mereka terlalu muda untuk memahami apa yang sebenarnya terjadi," kata Anil.
Terlihat jelas bahwa baik Shahabuddin-Salma maupun Shewali-Anil sebenarnya tak mau melepas anak yang selama ini mereka besarkan. Jonait dan Riyan juga tak dipisahkan dari orang tua yang selama ini mengasuh mereka.
Jonait dan Riyan bahkan tak mau dipisahkan dari orang tua mereka meski hanya sesaat.
Ketika ditanya : 
Apakah masalah perbedaan agama bisa menjadi masalah kelak di kemudian hari, Shahabuddin menjawab, "Anak adalah anugerah dari Tuhan. Ia terlahir tidak membawa agama. Keluarganyalah yang menentukan apakah ia Islam atau Hindu."
Ia mengatakan kalau dipaksakan, baik Jonait maupun Riyan tidak akan bisa beradaptasi dengan orang tua yang baru, karena kedua keluarga memiliki budaya, bahasa, gaya hidup, dan makanan yang sama sekali berbeda.

Memang tak gampang mencari jalan keluar. Meski saat ini kedua keluarga sudah menerima kenyataan bahwa mereka membesarkan bukan anak kandung mereka, tapi harus diakui ada ikatan emosional antara ibu dan anak yang dikandung selama sembilan bulan.
Akhirnya Shahabuddin-Salma dan Shewali-Anil menyerahkan penyelesaikan kasus ini ketika Jonait dan Riyan beranjak dewasa.
Biar Jonait dan Riyan sendiri yang memutuskan nantinya, kata keluarga Shahabudin dan keluarga Shewali.

Meski demikian, 
kedua keluarga setuju untuk saling berkunjung dan menjadi semacam anggota keluarga baru. Harapannya tentu saja adalah ada interaksi antara anak dan orang tua kandung.
Demikian ditambahkan sebagai salah satu renungan dalam toleransi kehidupan beragama.
***