Sabeh

Sabeh adalah hujan dalam Bahasa Balinya.
Dimana Sesapan sabeh bales saat hujan lebat agar tidak terkena bencana, disebutkan dapat diucapkan yaitu :
"Kaki-kaki bentuyung sampunang kasiabange titiang, tiang cucun kakine."
Dan upacara Nunas Sabeh Mapag Toya dilakukan untuk memohon turunnya hujan.
Sesuai Lontar Widhi Sastra Tapini dan beberapa lontar yang lain, memang kalau sudah panas berkepanjangan dan susah turun hujan, menurut Hindu di Bali ada suatu tradisi memohon hujan kepada Dewa Wisnu supaya beliau berkenan turun agar alam ini tidak kekeringan.
Seperti diberitakan Tribun Bali, kering berkepanjangan, PHDI laksanakan Upacara Nunas Sabeh Mapag Toya yang dikatakan bahwa upacara ini termasuk kedalam upacara Dewa Yadnya untuk mohon Kasih-Nya agar kita mendapatkan berkah, rahmat dan karunia-Nya sehingga kita dapat hidup dengan selamat.

Dalam Bhagavad Gita III.14 sebagaimana makna yang terkandung dalam upacara mepekelem, disebutkan bahwa,
Dari makanan makhluk hidup menjelma, makanan berasal dari tumbuh-tumbuhan, tumbuh-tumbuhan datangnya dari hujan, dari yadnya lahirnya hujan/air yadnya lahir dari karma.
Demikian pentingnya air atau hujan. Karena tanpa hujan bumi ini tidak akan dapat melahirkan tumbuh-tumbuhan yang menjadi bahan pokok makanan makhluk hidup seperti manusia dan hewan.
Jadi kedudukan air dalam kehidupan makhluk hidup ini sangat penting.
Air yang berasal dari hujan itu ditampung oleh hutan dan dari hutan itu mengalir menjadi sumber-sumber air seperti danau dan terus menjadi sungai yang akhirnya ditampung di laut.
Sebagai tambahan,

  • Dalam peradaban kuno, sebagaimana terlihat pada badan nekara terdapat gambar delapan kepala orang menghadap ke delapan arah untuk memohon turunnya hujan.
  • Dan Dewa Indra pada zaman dahulu diberi gelar dewa hujan dan petir.

***