Mereka yang telah lulus mengikuti tradisi aguron-guron untuk menapaki ajaran kerohanian tingkat lanjut dalam memperdalam ajaran weda sehingga kehadirannya nanti dapat memberikan kesejukan kerohanian untuk setiap umat seperti tujuan yang diajarkan oleh para nabe.Menjadi seorang nanak dalam tradisi tersebut, sebelumnya sang calon Diksita atau yang akan menjadi Sulinggih, hendaknya memilih tiga Nabe yang utama, yakni Nabe Napak, Nabe Waktra, dan Nabe Saksi.
Proses memilih Tiga Nabe pilihan dalam diksa sulinggih pun sebagaimana diberitakan oleh BaliExpres;
Bukanlah perkara mudah, sebab melalui Ala-Ayu Nunggal, yakni ada ikatan batin yang kuat antara calon Diksita dengan Nabe.
Oleh karena itu, bagi calon Diksita diperkenankan mengunjungi beberapa Nabe untuk berdiskusi dan 'nyambung rasa'.
Dan, jika tidak ada rasa itu (nyambung rasa), diperkenankan memilih Nabe yang lain.Tersebutlah dahulu ketika seoang walaka yang bernama Yawakrida berkeinginan mempelajari weda tingkat tinggi dengan melakukan seda raga tanpa guru.
Nabe pun demikian, sangat memerlukan kecermatan untuk menerima Nanak atau Anak Rohani, sebab apapun nantinya Sang Nabe yang bertanggung jawab terhadap segala kemungkinan terburuk sekali pun.
Kemudian muncullah Batara Indra tersenyum dan berkata:
“Brahmana muda, cara yang kau tempuh keliru. Pulanglah. Carilah seorang guru yang baik dan belajarlah kitab-kitab Weda darinya.
Karena, menyiksa diri bukanlah cara yang benar untuk belajar. Hanya dengan tekun mempelajari kitab-kitab itu, kau akan menguasai kitab Weda.”
***