Penelitian Ilmiah Tentang Bali Kuno

Penelitian ilmiah tentang Bali Kuna diadakan tahun 1885 oleh Dr. Van der Tuuk dan Dr. Brandes berdasarkan prasasti-prasasti yang ditemukan di Blantih, Sangsit, dan Klandis. Selanjutnya prasasti yang ditemukan di Julah pada tahun 1890 lebih memudahkan penelitian Brandes.

Perhatian Pemerintah Hindia Belanda pada sejarah Bali Kuna makin mendalam, sehingga pada tahun 1926 terbitlah kumpulan dokumen penelitian yang dinamakan Epigraphia Balica yang disusun oleh Dr. Van Stein Callenfels.

Dokumen-dokumen itu kemudian terus disempurnakan dengan foto arca-arca, dan Pura-Pura kuno serta tambahan temuan-temuan dari Dr. Stutterheim. Tahun 1930 terbitlah buku yang berjudul Oudheden van Bali yang menguak tabir misteri Bali Kuna. Penulis menduga kata ‘Kuna’ oleh Goris, mungkin dipengaruhi kata ‘Oudheden’ dari buku itu.

I Nyoman Singgin Wikarman, dalam bukunya ‘Leluhur orang Bali’ menggunakan istilah ‘Bali Mula’ untuk Bali Kuna. Beliau menggali lebih dalam berdasarkan temuan Drs. Soekmono (1973) , temuan Dr. R.P. Soejono (1961), dan tulisan I Made Sutaba, masing-masing mengungkap keberadaan orang-orang Bali sejak zaman batu, zaman perundagian, sampai zaman kehidupan agraris. Mereka termasuk rumpun manusia dari Bangsa Austronesia, yang belum beragama.

Pada abad ke-8 Masehi, seorang yogi dari India Selatan bernama Maha Rsi Markandeya datang menyebarkan Agama Hindu sekte Waisnawa. Sebelum ke Bali beliau telah mendirikan pasraman di Gunung Dieng dan Gunung Raung. Kedatangannya di Bali, pertama mengunjungi Besakih, kemudian menetap di Taro (Tegallalang).
***