Upacara Keagamaan Untuk Subak

Upacara keagamaan yang dilakukan oleh anggota subak di Bali pada garis besarnya dapat dibagi dua upacara yang dilakukan secara perseorangan dan upacara yang dilakukan oleh kelompok (tempek/subak). Upacara keagamaan yang dilakukan oleh para petani adalah:
  1. Ngendagin yang dilakukan mulai melakukan pencakulan pertama.
  2. Ngawiwit yang dilaksanakan pada waktu petani menabur benih di pembibitan.
  3. Mamula/nandur dilaksanakan pada saat menanam
  4. Neduh dilakukan pada saat padi berumur satu bulan dengan harapan agar padi tidak diserang hama penyakit
  5. Biukukung dilakukan pada saat padi bunting.
  6. Nyangket dilakukan pada saat panen.
  7. Mantenin dilakukan pada saat padi disimpan di lumbung (jineng) atau tempat lainnya sebelum padi diolah menjadi beras untuk pertama kalinya.
Pada tingkat tempek, upacara yang dilakukan antara lain:
  1. Upacara mapag toya, dilakukan di dekat bendungan menjelang pengolahan tanah.
  2. Upacara nyaeb/mecaru, dilakukan agar padi tidak diserang hama penyakit
  3. Upacara ngusaba, dilakukan menjelang panen.
Adapun upacara yang lainnya, serta harus dilakukan oleh para petani antara lain:
  1. Nyepi sawah, hal ini dilakukan sebagai simbolis pembersihan buana agung dan buana alit yang nantinya akan menghasilkan keseimbangan dalam kehidupan manusia.
  2. Nangluk merana, merupakan suatu ritual dalam rangka menolak hama yang ada di sawah dengan melaksanakan suatu upacara yang berkaitan dengan pura yang mempunyai hubungan dengan penguasa hama sehingga mereka tidak menggangu dan dapat melindungi setiap kegiatan di sawah dan ladang.
***