Ahangkara adalah rasa keakuan atau egois manusia sebagai sifat yang disebutkan telah ada sejak bhuwana agung ini diciptakan, yang pada awalnya bersatu dengan sad rasa dalam membentuk benih kehidupan purusa dan pradana dimana dalam isi lontar kelepasan Hyang Siwa disebutkan bahwa :
Citta pada ahangkara sifatnya ada tiga macam yaitu ; Buddhi Sattwa yang nantinya menimbulkan adanya manah dan Dasendriya, Taijasa yaitu Buddi Rajah, dan Bhutadi yaitu Buddhi Tamah yang nantinya akan menimbulkan adanya Panca Tan Matra, dari Panca Tan Matra timbullah panca Maha Bhuta.
Dengan "Butha Yadnya" yang dilaksanakan disebutkan terjadilah keharmonisan untuk dapat merawat lima unsur alam ini.
Sifat egois, suka mengutuk berlagak kuasa dan suka mengaku-ngaku dalam Astadewi disebut dengan Namadewi dimana dalam Tutur Kumaratatwa disebutkan bahwa sifat-sifat tersebut juga terjadi karena perwujudan dasendriya yang bersama dengan triguna membentuknya dalam diri manusia yang dapat membuat hidup manusia menjadi papa atau menimbulkan kepapaan hidup.
Jadi dengan persembahan kepada sang pencipta berdasarkan cinta yang keluar dari lubuk hati yang suci juga nantinya dikatakan dapat menuju kehidupan yang semakin berkualitas baik dalam kehidupan fisik/material maupun mental/spiritual untuk dapat mencapai kesucian lahir dan bathin.
Kebersihan dan kesucian lahir bathin, sehat secara rohani dan jasmani yang biasanya disebut sauca dimana dalam lontar Wratisasana juga dijelaskan mengenai bermacam-macam sarana penyucian diri yang umumnya digunakan sebagai pedoman dari seorang wiku yaitu dengan menyucikan diri dengan melakukan puja Parikrama atau Surya Sewana sebagai landasan untuk mewujudkan keindahan dunia dan kehidupan umat.
***