Lontar Markandeya Purana | menceritakan tentang asal usul sang MahaRsi dan perjalanan beliau dalam berdharmayatra.
Di lontar ini disebutkan bahwa MahaRsi Markandeya berasal dari India (kemungkinan dari India Selatan), melakukan perjalanan suci menuju tanah Jawadwipa. Beliau sempat beryoga semadi di Gunung Demulung, lalu berlanjut ke Gunung Di Hyang (Pegunungan Dieng), Kabupaten Wonosobo, Jawa Tengah yang pada saat itu berada dalam pemerintahan Mataram Kuno (wangsa Sanjaya dan Syailendra).
Kemungkinan karena bencana alam (gunung meletus), dari Gunung Dieng, Rsi Markandeya meneruskan perjalanan menuju arah timur ke Gunung Rawung yang terletak di wilayah Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur. Kemungkinan perpindahan beliau bersamaan dengan pemindahan kerajaan Mataram Kuno dari Jawa Tengah ke Jawa Timur dan menjadi kerajaan Medang Kemulan yang dengan raja Pu Sindok sebagai awal dari dinasti Isana.
Di Gunung Rawung sang MahaRsi beserta pengikutnya, sempat membangun pasraman, sebelum akhirnya melanjutkan perjalanan ke Bali.
Pasraman beliau diyakini berada di tempat dimana sekarang didirikan Candi Gumuk Kancil di Desa Bumiharjo, Kecamatan Glenmore, Kabupaten Banyuwangi.
Setelah beberapa saat bemukim di Gunung Rawang, sekarang dikenal sebagai Gunung Raung (Jawa Timur), Rsi Markandeya kemudian tertarik untuk melanjutkan perjalanannya ke timur. Pada masa itu Pulau Bali belum dikenal sesuai namanya sekarang.
Pulau ini masih belum banyak diketahui, sebagian pelaut mengira Pulau Bali merupakan sebuah pulau yang memanjang yang menyatu dengan apa yang kita kenal sekarang sebagai Kepulauan Nusa Tenggara.
Jadi pada masa itu Pulau Bali dan Kepulauan Nusa Tenggara dianggap merupakan sebuah pulau yang sangat panjang yang disebut dalam Markandeya Purana sebagai Nusa Dawa/Pulau Panjang demikian disebutkan dalam sejarah Bali masa Dharmayatra Maharsi Markandeya dalam suatu penelusuran yang cukup unik.
Dan sebagai tambahan dalam Markandeya juga dikisahkan:
- Istri dari Maharsi Atri yang bernama Anasuya memiliki kekuatan Pativara yang membuat para dewa bahagia.