Dan hendaknya seseorang disebutkan untuk dapat merenung, mulat sarira atau rnawas diri terhadap segala kegiatan yang telah dilakukan.
Kesenangan bukanlah tujuan hidup, cita2 utama dalam kehidupan adalah pengetahuan.
Dan tidak ada kesenangan yang bersifat abadi, saat haus segelas air akan menyenangkan, gelas berikutnya sudah tidak lagi terasa enak dan gelas berikutnya lagi membuat perut menjadi sesak dan kesenangan akibat segelas air akan segera menjadi penderitaan.
Mereka yang mengejar pengetahuan memahami keadaan suka dan duka hanya memberikan kesenangan sesaat. Mereka tidak terikat pada suka dan duka namun menggunakannya sebagai guru-guru dan alat untuk membuka tabir pengetahuan.
Suka dan duka lahir dari perbuatan (karma), adalah usaha untuk membuka tabir yang menutupi pengetahuan. Sementara pengetahuan itu sesungguhnya ada dalam diri manusia itu sendiri.
Adakalanya orang yang bodoh bertindak seperti pahlawan. Adakalanya orang pandai bertindak seperti pecundang/dungu.
Sehingga kita tidak bisa menilai seseorang pada satu tindakan (karma).
Namun pengetahuan akan membentuk watak dan karakter seseorang, yang terlihat pada pekerjaan2 sehari-harinya, bahkan pada pekerjaan yang paling sederhana sekalipun watak seseorang akan nampak. Watak atau karakter seseorang merupakan timbunan dari kesan suka dan duka yang diperoleh sepanjang hidupnya.
Mereka yang mengejar kesenangan bagaikan binatang malam yang mengejar api. Sementara ia yang mengejar pengetahuan seperti orang yang mengubah karmanya sebagai cahaya.
BG. 4.19 menyebutkan;yasya sarve samÄrambhÄḥkÄma-saÅkalpa-varjitÄḥjƱÄnÄgni-dagdha-karmaṇaḿtam Ähuḥ paṇḍitaḿ budhÄḥ
***