Puasa Mutih

Puasa mutih berasal dari istilah Jawa Kuno, di mana kata mutih yang diartikan sebagai memutihkan. 

Jika dilihat dari segi filosofis, 
tradisi ini dinilai mampu memutihkan hati, membersihkan jiwa, dan memberi berkah.


Menurut Hindu, Puasa mutih dikatakan adalah prinsip pola makan yang hanya memperbolehkan seseorang untuk mengonsumsi nasi putih dan air putih saja, tanpa lauk pauk apa pun. Setiap orang melakukan puasa ini dalam jangka waktu tertentu dan berbeda-beda.

Orang-orang Jawa Kuno di zaman dahulu menjalani puasa ini sebagai ritual untuk mendekatkan diri kepada Yang Kuasa atau dengan tujuan agar keinginannya terkabulkan. 
Kurang lebih, puasa mutih yang Anda lakukan sama aturannya dengan pola makan tinggi kandungan karbohidrat.

Seperti halnya Tradisi Puasa Mutih Suku Tengger dikatakan :

Suku Tengger meskipun menganut agama Hindu tetapi tetap melestarikan tradisi leluhur Jawa.
Salah satunya adalah tradisi Semedi dan Tirakat Mutih.

Pada bulan Kapitu ( Maghamasa ) dalam Kalender Saka warga Suku Tengger melaksanakan Puasa Mutih selama sebulan penuh. Pada bulan ini juga segala upacara ritual ditiadakan.
 
Bulan Kapitu menurut kepercayaan di Tengger adalah bulan yang sakral sekaligus bulan yang penuh dengan bencana. 
Oleh karena itu pada bulan Kapitu tidak boleh diselenggarakan upacara ritual.

Pada bulan ini juga seluruh warga terutama dukun pandhita diwajibkan untuk megeng ( tapa brata ) dan puasa mutih yakni puasa dari makanan dan minuman yang mengandung garam dan gula yang memiliki rasa manis.
 
Suku Tengger juga diharuskan menjaga hawa nafsunya serta banyak introspeksi diri atas apa yang telah mereka perbuat.
 
Semedi dan Puasa Mutih yang merupakan ajaran dari para leluhur kita memiliki manfaat yang sangat luar biasa diantaranya adalah menjaga sekaligus membersihkan diri kita dari segala nafsu nafsu kotor untuk memperoleh waranugraha dari Tuhan Yang Maha Kuasa.
***