Duwe

Duwe atau druwe berarti ada pemiliknya atau ada yang memeliharanya secara sekala maupun niskala.

Seperti halnya dikatakan :
    • Karena ada seekor ular duwe padem (mati) persis di depan mulut goa Pura Goa Lawah, Setelah digelar upacara mapralina, tiba-tiba muncul trisula persis di tempat padem-nya ular (depan goa) dan pajenengan dupaastra di segara tempat digelarnya upacara nganyut.
    • Druwe / kepemilikan tanah adat antar lain disebutkan tanah pasar, tanah lapang,tanah kuburan/setra,tanah bukti dll.
Dan di Bali banyak kisah-kisah duwe yang sangat sakral dan memiliki keanehan tersendiri seperti misalnya :
  • Mahesa, Duwe Lembu Taro warisan Maharsi Markandeya, seorang Mahayogi yang amat bijaksana mempunyai putra bergelar Sang Hyang Meru.
  • Ular poleng ,ular suci duwe (penjaga) Pura Luhur Tanah lot melancaran saat malam hari.
  • BANTENG DUWE, ada tradisi yang sangat menarik di Desa Tambakan Kecamatan Kubutambahan Kabupaten Buleleng.
  • Suara kulkul duwe pajenengan Puri Klungkung Masuara memiliki pertanda akan ada suatu kejadian.
Dan istilah "Duwe Tengah' (milik tengah, milik bersama) biasanya disebutkan terbatas digunakan hanya terkait status kepemilikan warisan tanah kolektif di Bali.
Jika istilah ini kita pinjam pakai untuk warisan kekayaan Bali non materi (segala sistem dan kearifannya), apakah kira-kira secara psikologis dapat membantu semeton melepaskan ego pribadi/kelompok?

Jika jawabannya iya, berarti kita menyepakati ada tanggungjawab bersama untuk menjaga martabatnya !
Dan karena ini menyangkut peradaban, maka ada kewajiban meng-upgrade-nya menyesuaikan dengan perkembangan jaman.

Demikian disebutkan dalam menjaga warisan leluhur yang ada sehingga tetap terpelihara dan dilestarikan.

***