Seperti halnya disebutkan :
- Dalam penggunaan segehan warna putih dan kuning yang mengandung makna kesucian dan kebijaksanaan atau kematangan jiwa.
- Pemasangan wastra putih kuning saat piodalan artinya Tuhan sudah menunjukkan ciri-ciri niskala untuk mencipta kehidupan yang suci dan sejahtera. Putih lambang kesucian dan kuning lambang kesejahteraan.
- Dll
- Timur warnanya putih bagaikan pancaran cahaya matahari terbit. Sinar kehidupan yang putih bersih penuh kesucian.
- Sedangkan di barat warnanya kuning seirama dengan kemilau kuning sinar mentari tatkala akan terbenam. Kuning menyiratkan kedewasaan, kematangan, dan kebijkasnaan.
Ibaratnya perputaran bumi ini;
- Timur adalah asal mula matahari terbit,kemudian mengarungi waktunya lalu terbenam di barat.untuk selanjutnya terbit kembali di timur esok hari.
- Demikian berlangsung secara berulang mengikuti irama karma. Bagaikan matahari, terbit dan terbenam.
Atas dasar itu, putih kuning dimaknai sebagai “'kangin kauh” (timur barat) yang berarti "awal -akhir” atau “asal -tujuan”.
Ada ungkapan bahasa Bali “sing nawang kangin kauh" artinya tak tahu arah timur -barat. Kalimat ini untuk mengungkapkan suatu kebingungan.
Artinya, manusia mesti tahu asal usul / kawitan, serta tahu tujuan hidup.
Jika tak memahami filosofi putih kuning, bagaikan berjalan dalam kegelapan, “pati kaplug” tabrak sana tabrak sini, bingung tak tentu arah dan tujuan.
Dengan mengetahui kesejatian Putih Kuning, paling tidak hidup tidak “paling” (bingung) dalam memahami asal usul / kawitan serta tujuan hidup. Sehingga hidup ini senantiasa terayomi leluhur dan diberkati dewata yang dapat memberikan wara nugraha dan kekuatan keseimbangan alam ini.
***