Dengan patriotisme ini kita bisa meredam potensi perpecahan yang diakibatkan demokrasi, di sisi lain juga tidak mengharamkan perbedaan.
Seperti halnya dalam kisah pewayangan, kita mengenal tokoh-tokoh patriotis seperti Kumbakarna dalam Ramayana dan Bisma yang agung dalam Maha Bharata.
Baik Bisma maupun Kumbakarna mencerminkan tokoh yang memilih untuk mendahulukan kepentingan negara diatas keberpihakan pribadi atau golongan.
Rahwana memiliki saudara bernama Kumbakarna dan Wibisana yang sama-sama tidak setuju dengan perbuatannya.
Meski sama-sama tidak setuju dengan Rahwana, namun keputusan yang diambil Kumbakarna dan Wibisana berbeda 180 derajat.
Sementara sang adik Wibisana lebih memilih bergabung dengan musuh karena ketidak setujuannya terhadap Rahwana.
Maka tidak demikian dengan Kumbakarna. Kumbakarna lebih memilih membela negaranya meski hati kecilnya tidak setuju dengan Rahwana.
Dia tidak membela sang raja tetapi membela negara. Demikian pula dengan Resi Bisma dalam Maha Bharata. Beliau berperang tidak dalam rangka membela Kurawa tetapi membela Astina negaranya.
Kisah patriotis Kumbakarna dan Bisma ini kiranya cocok untuk menjaga persatuan negara dalam iklim demokrasi.
Dari kisah Kumbakarna dan Bisma ini kita bisa mencontoh untuk membedakan mana kepentingan golongan dan mana kepentingan negara.
- Dari Kumbakarna kita bisa meneladani, betapapun tidak setujunya kita pada pemimpin namun kepentingan negara harus diutamakan.
- Dari Bisma kita bisa mencontoh, betapapun cintanya beliau pada Pandawa namun untuk demi membela negara dia siap berhadapan dengan mereka.
Kisah patriotis kedua tokoh pewayangan tersebut masih sangat relevan untuk iklim demokrasi modern dewasa ini. Mereka mengajarkan bahwa ketidak setujuan atau ketidak sukaan kita pada pemimpin tidak boleh membuat kita kehilangan kecintaan pada negara.
***