Apapun kepedihan dan kekurangan masa lalu pastilah masih dikenang untuk masa kini dan selamanya.
Bagi teman teman generasi tahun 70 an, pasti pernah merasakan sulitnya kehidupan secara materi tapi riang dan bahagianya keseharian terutama saat bermain bersama teman teman sekampung.
Sebagai gambaran,
Untuk membeli sepatu sekolah, dibutuhkan waktu 3 tahun menabung untuk bisa membeli sepatu. Seperti saat kelas III SD baru bisa memakai sepatu baru berwarna putih. Tidak ada baju seragam, bebas saja.
Demikianlah sebagaian diceritakan Wayan Kaler di fb, ketika ibunya menjual kucit;
Sulitnya keuangan saat itu meliputi semua bidang, termasuk mempersiapkan sarana Yadnya terutama saat menyambut Hari Galungan.
Karena ada istilah " Galungan mebaju baru ".
Maksudnya kalau membeli baju atau pakaian lainnya, belilah menjelang Galungan, supaya bisa dipake saat Galungan atau Manis Galungan.
Untuk menyiasati semua itu, ada Seorang Pahlawan yang paling konsen untuk mengatasinya yaitu " IBU " ( maaf, bukan bermaksud mengesampingkan peran BAPAK ).
Ibu akan melakukan segalanya demi Anak anaknya, seperti kerja ke ladang, berdagang kecil kecilan, meburuh sambil memelihara Babi.
Tapi, ketika Uang di Celengan sudah tidak ada untuk mempersiapkan kebutuhan keluarga, Ibu mempunyai senjata pamungkas yaitu " Menjual Kucit " ( Anak Babi yang montok ).
Kasih Ibu sepanjang masa, Dumogi Makasami ngemanggihin kerahayuan.
***