Dharma Pemaculan

Dharma Pemaculan adalah teks yang berisikan cara bercocok tanam sebagai bagian dari lontar tentang upacara agama Hindu dimana disebutkan bahwa :
Alangkah bijaknya manusia sebagai pemegang mandat Yang Kuasa ini apabila segala kemajuan yang telah dicapai pada segala bidang diselaraskan dengan kejujuran dan keadilan alam.
Dulu manusia sangat menyadari hidupnya diberkati oleh alam sehingga segala sesuatu yang akan diperbuatnya selalu memohon ijin kepada alam. 
  • Begitu pula setelah mereka berhasil menyelesaikannya, 
  • mereka juga melaporkannya kepada alam sebagaimana yang dikatakan cakrawayu dalam tumbuhnya wewaran (sebuah mitologi) yang pada awal mulannya wariga lebih banyak digunakan sebagai padewasan Darma pemaculan ini.
Sebagai kelengkapan dalam upacara keagamaan untuk subak di Bali, Dharma Pemaculan dalam aditya doc disebutkan beberapa tentang penggunaan tetandingan banten dan mantra mulai dari mengawali bertani, sarana yang digunakan jika diserang hama wereng dan sampai memanen seperti halnya disebutkan :
  • Saat ngendangin (mengawali bertani), sarana (Banten): Aneka buah, daun sirih, Daun Sulasih, kembang payas, minyak wangi, bubuk wangi, dan dihaturkan kesanggah sawah. Mantra : Ong Bhatari Sri, Sri Wastu ya namah swaha.
  • ketetapan lain saat menanam padi sebaiknya disebutkan disesuikan dengan sasih
  • Apabila memanen padi disawah harus diperhatikan ketetapan Sapta Wara, Sri dan Guru dengan hari baik (ala ayuning dewasa) paroh terang atau paroh gelap, jumlah helaian padinya 108.
  • dll

***