Karang Hasti

Karang Hasti (Asti) adalah ukiran kekarangan kepala gajah yang dalam representasi gambaran alam pada perwujudan arsitektur padmasana disebutkan dipahat sebagai ornamen yang terdapat di empat sudut bawah kotak pepalihan terendah bagian bebaturan atau batur padmasana yang bermakna,
  • Sebagai binatang penyangga yang kuat dan memiliki kemampuan waskita, karena mereka mampu mendengar dengan seksama memakai kedua telinganya.
  • Juga merupakan ornamen yang menunjukkan pepalihan ini sebagai simbolisasi hamparan kaki pegunungan yang menjadi tempat hidup gajah dan hewan-hewan berkaki empat lainnya yang ada di dunia ini.
Karang asti berbentuk kepala gajah dengan belalai dan taring gading dengan mata bulat sebagaimana disebutkan dalam motif kekarangan dalam Arsitektur tradisional Bali, Karang Gajah/Asti ini juga biasanya ditempatkan pada sudut-sudut bebaturan pelinggih pura dibagian bawah.

Dharma Sastra menyebutkan bahwa kualitas utama dari gajah adalah kebijaksanaan dan pantang menyerah. 
Gajah tidak berjalan menjauhi hambatan, mereka juga tidak berhenti pada hambatan itu, mereka hanya berusaha menghilangkan hambatan itu dan kemudian berjalan lurus kembali ......

Seperti halnya ketika kita menyembah Hyang Ganesha, kita berdoa semoga kualitas utama dari Sang gajah tersebut ada dalam diri kita. 
Dengan merenungkan Beliau Hyang Ganesha, yang memiliki kepala gajah, semoga kita semua akan mendapatkan kualitas utama dari Sang gajah. Semoga Hyang Ganesha akan selalu menuntun memberi jalan mengatasi semua rintangan.

Gajah memiliki kepala yang sangat besar, yang berarti Pengetahuan dan Kebijaksanaan, memiliki telinga yang besar seperti kipas, mata kecil yang menyampaikan bahwa ...... 
"Kebijaksanaan adalah belajar untuk mendengarkan dan mencoba tidak terlalu cepat menyimpulkan pada apa yang kita lihat. "

Jadi apa yang kita lihat harus bersama-berhubungan dengan apa yang kita dengar. Gajah menggunakan belalainya untuk fungsi ganda yaitu mencium bau - bauan dan bertindak melalui belalainya. Demikian juga dalam kebijaksanaan kita "mencium" dan kemudian bertindak.
***