Dinasti Tang

Dinasti Tang (dikenal dalam peradaban dan kebudayaan Bali) adalah dalam bidang pembuatan uang kepeng atau pis bolong dan sudah mulai beredar di Bali Kuno sejak abad ke-7 Masehi.

Pada masa pemerintahan dinasti T'ang disebutkan merupakan masa penting bagi pertumbuhan Cina pada saat itu. Saat itulah mulai muncul adanya hubungan dan pengaruh peradaban awal masyarakat dunia terhadap peradaban Indonesia dimana disebutkan masa pemerintahan yang besar pada masa itu yaitu : Tang Tai Sung dengan keberhasilannya :
  • Wilayah Cina sampai ke luar Cina, seperti Tonkin, Annam, Kampuchea, dan Persia;
  • Kesenian maju pesat dengan tokoh Li Tai Po, Tu Fu, dan Weng Wei, hasilnya adalah guci, belanga, dan jambangan;
  • Sistem pemerintahan desentralisasi serta dibangunnya pagoda;
  • Dikeluarkannya undang-undang yang mengatur masalah pembagian tanah.
Secara umum disebutkan juga bahwa, Balingkang sebagai akulturasi Tionghoa dengan masyarakat Bali terlihat dari penggunaan uang kepeng tersebut sebagai sarana upacara religi dan adanya simbol kultural sepasang Barong Landung yang menunjukkan semangat perdamaian diantara masyarakat yang berbeda. 

Interaksi kultural antara Tionghoa dan Bali secara spesifik pernah dibahas Myra Siddhartha dalam menelusuri perjalanan sejarah masyarakat Hainan di Bali. 
Satu kelompok Tionghoa Hainan yang sangat kecil dan bercampur baur dengan masyarakat Bali tetapi identitas ketionghoaannya masih tebal.
Keharmonisan nteraksi Tionghoa dengan warga Bali dapat terlihat dari kisah Balingkang. Professor Kong Yuanzhi (2000) pernah menulis mengenai cerita Sam Po Kong di Bali dimana didesa Batur terdapat suatu kelenteng yang dibangun untuk memperingati juru masak Sam Po dan kelenteng itu terletak di Balairung 3 Kuil Batur di Gunung Kintamani.

Dalam kelenteng itulah terdapat Ratu Subandar yang dihormati warga Bali. Di meja persembahan terletak pedupaan berbahan perunggu yang dihiasi ukiran tokoh-tokoh ideal pejabat Tionghoa. 
Konon armada Sampokong datang ke Bali dan salah satu juru masak kapalnya yang akhirnya menetap .
Mengenai kisah ini bercampur antara sejarah dan legenda sehingga memunculkan berbagai versi mengenainya. Tipikalnya bermula dari seorang saudagar dengan anak gadisnya sampai dengan seorang juru masak dalam armada Zheng He (Cheng Ho). Tentunya memang demikianlah legenda dalam satu perkembangan budaya.
***