Adakah percepatan yang kita upayakan untuk menyelesaikan tugas-tugas dan tanggungjawab-tanggungjawab yang belum tuntas?
Analogi ini rasanya pas dipakai untuk kesigapan dalam menghadapi kematian, karena kematian datangnya juga tidak tentu kapan.
- Pada saat dijemput, jangan sampai wajah kita sedang kucel karena masih terjerat banyak urusan ruwet nan kusut.
- Hindari juga wajah kesakitan karena sedang menahan derita lahir maupun batin akibat ulah kita sendiri melakoni hidup dengan serampangan.
"Lakoni hidup dengan senyum.Punya atau pun tidak punya, tersenyumlah!"
Demikian pun dalam hidup ini,
Kapan pun maut menjemput, tidak ada masalah. Yang ada adalah wajah yang tenang dan tersenyum.
Demikian dikutip dari salah satu artikel Hindu Dharma di fb.
Jadi, melayat sesungguhnya adalah momen yang sakral untuk mengasah 'sadar jemputan'.
- Setiap melayat, kita belajar dari sahabat yang telah mendahului kita, bagaimana beliau menghadapi kematian itu.
- Dan momen ini akan dapat mengingatkan diri kita sendiri untuk terus menerus melakoni hidup dengan tenang dan tersenyum.