Kebaikan tidak untuk disebut tapi untuk diamalkan

Terkadang kita sebagai manusia sering kali ingin disanjung dan dipuji dengan memperlihatkan semua jasa-jasa kebaikan yang pernah kita lakukan namun seringkali orang-orang melupakannya.

Itu adalah sesuatu pelajaran buat kita, bagaimana pun kita harus tetap bersabar dan harus iklas seperti gula.

Jadi hendaknya kita disebutkan harus selalu 'ikhlas' dalam berbuat kebaikan untuk sesama.

Kebaikan itu ibaratnya seperti gula pasir yang memberi rasa manis pada setiap makan dan minuman.
  • Gula pasir memberi rasa manis pada kopi, tapi orang menyebutnya kopi manis, bukan kopi gula .
  • Gula pasir memberi rasa manis pada the, tapi orang menyebutnya the manis, bukan the gula .
  • Gula pasir memberi rasa manis pada es jeruk, tapi orang menyebutnya es jeruk manis, bukan es jeruk gula 
  • Orang menyebut roti manis, bukan roti gula .
  • Orang menyebut syrup pandan, syrup apel, syrup jambu, padahal dasarnya gula, tapi gula tetap ikhlas larut dalam memberi rasa manis, akan tetapi apabila berhubungan dengan penyakit, barulah gula disebut penyakit gula.
Begitulah hidup, kadang kebaikan yang kita tanam tak pernah disebut orang, tapi kesalahan akan dibesar-besarkan .

Ikhlaslah seperti gula larutlah seperti gula, tetap semangat memberi kebaikan!!! Tetap semangat menyebar kebaikan!!! Karena kebaikan tidak untuk disebut, tapi untuk diamalkan .
Karena dengan pikiran yang ringan dan terang itu disebutkan merupakan ciri orang sattwam sehingga Guna Sattwam itu akan dapat membuat orang berniat baik.

***