Kirthanam

Kirthanam artinya melantunkan Tembang tembang suci/ kidung, wirama rohani yang merupakan bagian dari Nawa Widha Bhakti dalam kehidupan sehari-hari.

Melantunkan Tembang tembang suci/ kidung, wirama rohani misalnya;
  • Melantunkan kidung sebelum dan sesudah melaksanakan persembahyangan, pembacaan wirama dari kekawin baik Ramayana dan Mahabharta. 
  • Menyanyikan tembang-tembang yang mengajarkan pitutur, piteket yang mengandung tuntunan hidup, cara mendekatkan diri kehadapan Sang Hyang Widhi/ Tuhan antara lain melalui pupuh / tembang Sekar alit, Sekar Agung, Sekar madya dan lagu-lagu daerah setempat yang mengandung nilai-nilai budaya.
Diceritakan ada dua tetangga yang bernama I Rare dan I Belog sebagaimana percakapannya dalam belajar matembang pupuh sekar alit sesuai pada lingsa dikutip sebagai berikut :
Sudah lama belajar matembang, namun tak disadari oleh I Belog, tetangganya I Rare memperhatikan dirinya. 
Tak tega rasanya I Rare melihat 'penderitaan' tetangganya itu.
I Rare menghampiri I Belog dan berkata " We cai Belog (He Belog), kenapa setiap hari kamu menyanyikan Pupuh Ginanti tidak selesai ? Hanya sampe bait pertama saja " !!!!. 
I Belog menyampaikan perasaannya kepada I Rare, bahwasanya ia sering merasa kebingungan akan arah lagunya, karena i Belog tidak paham akan "pada Lingsa" yang membangun sebuah pupuh Sekar Alit tersebut.
Pupuh dibangun berdasarkan "Pada Lingsa" yaitu "Pada" (dibaca, pade) berarti banyak bilangan suku kata dalam suatu kalimat. 
"Lingsa" artinya perubahan suara pada kalimat terakhir. Dengan perbedaan jumlah kalimat "Pada" dan "Lingsa" dalam suatu syair menyebabkan juga berbeda nama pupuh itu, jelas I Rare .
***