Lontar Mpu Lutuk Aben

Lontar Mpu Lutuk Aben memuat tentang materi banten yang digunakan dimana disebutkan dapat digolongkan menjadi tiga unsur sebagai dasar-dasar yang upakara sebagaimana dijelaskkan pasektangkas yaitu :
  1. Mataya, adalah material atau bahan banten yang berasal dari tumbuh-tumbuhan, yang pada umumnya baik yang telah diolah, maupun yang utuh, yang berasal dari daun, bunga dan buah.
  2. Maharya, adalah bahan banten yang berasal dari yang lahir, digantikan oleh berbagai jenis binatang atau wawalungan.
  3. Mantiga, adalah bahan atau material banten yang menatas dari telur.
Dalam bahasa lebih domestic atau merakyat, ketiga unsur material atau bahan banten (upakara) itu sering dikemukakan aturan sarwa tumuwuh, sarwa manakan, mwang sarwa mataluh. 
Atau dalam versi dan visi lain, isin gumi sane maurip ring ambarane, sane maurip ring alas gununge, mwang sane maurip ring segara, danu lwah mwang sawah. 
Sehingga dengan demikian tetapi memiliki titik temu dengan konsep tuntunan material dan bahan-bahan banten yang patut digunakan berupa mataya, maharya dan mantiga itu.
Demikian penggunaan pokok materi banten (upakara) secara umum yang patut diketahui oleh para sarati/tukang banten (mancaghra). 
Yang dalam berbagai lontar-lontar Mpu Lutuk dan lontar-lontar Prembon Babantenan, akan dijabarkan lebih detail lagi, yang contohnya seperti halnya membuat sebuah porosan saja, unsur-unsurnya dikemukakan sedemikian detail, yakni kamben porosan dari busung, dan isi dalamnya patut dari base, buah, pamor, yang memiliki tuntunan ajaran filsafat, tatwa Trimurthi yang Siwaistis.

Dan Pancapagendha dikatakan sebagai unsur seni yang merupakan pengejawantahan konsep ajaran Hindu Dharma dalam setiap persembahannya.

***