Dedauhan

Dedauhan adalah pembagian waktu selama satu hari menurut sistem wariga yang sebagaimana dijelaskan salah satu kutipan catatan Hindu Bali di fb disebutkan :

Berdasarkan dedauhan maka pergantian hari secara Hindu adalah mulai terbitnya matahari (5.30 WIB).

Dan menurut dedauhan, pagi hari di Bali dimulai saat matahari terbit atau bisa dibilang jam 5.30 sampai jam 6 pagi (standarnya sih 5.30).
 
Dan masyarakat Bali umumnya yang beragama Hindu memulai aktifitasnya dengan diawali melaksanakan dengan upacara mebanten yang bertujuan agar apa yang dikerjakan nanti dapat berhasil dilaksanakan dengan baik.
 
Dan inti dauh ayu yaitu saringan dari pertemuan panca dawuh dengan asthadawuh, antara lain;
  • Redite = Siang; 7.00 – 7.54 dan 10.18 – 12.42, malam; 22.18 – 24.42 dan 3.06 - 4.00
  • Coma = Siang; 7.54 – 10.18, malam; 24.42 – 3.06
  • Anggara = Siang; 10.00 – 11.30 dan 13.00 – 15.06, malam; 19.54 – 22.00 dan 23.30 - 1.00
  • Buda = Siang; 7.54 – 8.30 dan 11.30 – 12.42, malam; 22.18 – 23.30 dan 2.30 – 3.06
  • Wraspati = Siang; 5.30 – 7.54 dan 12.42 – 14.30, malam; 20.30 – 22.18 dan 3.06 – 5.30
  • Sukra = Siang; 8.30 – 10.18 dan 16.00 – 17.30, malam; 17.30 – 19.00 dan 24.42 – 2.30
  • Saniscara = Siang; 11.30 – 12.42, malam; 22.18 – 23.30.
Dalam padewasan disebutkan dauh alah dening Sang Hyang Triodasa Saksi Berarti, sejelek-jeleknya Padewasaan itu dapat di ruat dengan banten yang disebut dengan pamarisudha mala dewasa, dengan tetandingan banten tersebut, asal tidak bertentangan dengan ketentuan baku dalam sastra atau hukum agama dan disaksikan oleh Sang Hyang Triodasa Saksi seperti halnya saat perayaan Kuningan mengambil waktu pagi hari, ketika matahari mulai terbit. 
Karena Memang, pancaran kesucian atau situasi keheningan didapat pada waktu tersebut.
Dalam perhitungan dewasa dauh mengandung makna dalam waktu satu hari terdapat dauh (waktu-waktu tertentu) yang cocok untuk melakukan suatu kegiatan seperti dikutip dalam pendidikan agama Hindu dan budi pekerti dikatakan bahwa :
Signifikasi dari dewasa dauh diperlukan apabila upacara-upacara yang dilakukan sulit mendapatkan hari baik (dewasa ayu). 
Dalam perhitungan dewasa berdasarkan dauh mempunyai beberapa hitungan, yakni berdasarkan Panca dauh dan Asta dauh.
  • Sistem Panca dauh (Sukaranti) yaitu pembagian waktu (hari) dalam sehari menjadi 10 bagian, dengan hitungan 5 dauh untuk menghitung panjangnya siang (setelah matahari terbit hingga menjelang terbenam) dan 5 dauh lagi untuk menghitung panjangnya malam/wengi (dari matahari tenggelam hingga terbit).
  • Sistem Asta dauh yang memiliki konsep yang sama dengan Panca dauh, bedanya hanya pembagian waktunya menjadi 16, dengan perincian 8 dauh untuk menghitung panjang waktu mulai matahari terbit, hingga menjelang terbenam dan 8 dauh lagi untuk untuk menghitung panjangnya malam hari dari terbenamnya matahari hingga menjelang terbit.
***