Bertamu adalah "Mebraya" dalam bahasa Balinya yaitu usaha yang dilakukan seseorang agar dapat menjalin keakraban untuk persahabatan ataupun kekeluargaan.
Dan sebagai renungan dalam etika bertamu diceritakan;
Pada suatu hari, terlihat ada seorang guru & muridnya (sebutlah namanya Pak nyoman) sedang bercakap-cakap.
Guru berkata : "Kalau bertamu usahakan bawa sesuatu.
Saya teringat dengan seorang kawan. Kondisinya waktu itu sedang sulit. Untuk membeli susu buat anaknya saja, dia harus nyari-nyari uang di saku baju dan celananya.
Guru berkata : "Kalau bertamu usahakan bawa sesuatu.
Semoga itu bisa menyenangkan tuan rumah, sekaligus meringankan bebannya dalam menjamu tamu...
Siapa tahu mereka kondisinya sedang susah..Jangan kedatangan kita justru jadi menambah bebannya...".
Demikian kurang lebih nasihatnya pada muridnya.
Pesan guru saya ini, kata Pak Nyoman selalu diingat, demikian dituturkan lebih lanjut.
Bahkan sering saya praktikan. Kalau saya bertamu ke rumah orang, terutama kalau rencananya akan ngobrol lama, maka saya akan usahakan untuk membawa hadiah. Biasanya berupa makanan ringan, minuman, atau buah-buahan.
Kenapa saya sampaikan hal ini?
Sebab, sebagian orang ada yang kurang peka terkait hal ini. Ada yang bertamu lama, tapi tidak bawa apa-apa. Padahal orang yang dia kunjungi kondisinya sedang sulit. Jangankan memberi hidangan untuk tamu, hidangan untuk keluarganya saja sulit.
Saya teringat dengan seorang kawan. Kondisinya waktu itu sedang sulit. Untuk membeli susu buat anaknya saja, dia harus nyari-nyari uang di saku baju dan celananya.
Demikian ceritanya ke saya.
Sehingga pernah suatu ketika, kawan-kawan saya yang lain ingin mengunjunginya. Jumlahnya lumayan banyak.
Namun, tak ada yang berinisiatif untuk membawa hadiah.
Melihat hal itu, saya coba ajarkan ke mereka. Saya contohkan ajaran guru saya. Saya ajak mereka untuk membeli sesuatu sebelum berkunjung. Diantaranya waktu itu, kita beli gorengan untuk dimakan bersama sambil ngobrol.
Jadi, demikian maknanya untuk dapat menjalin keakraban.
***