Dahulu, bercita-cita untuk memiliki sebuah impian dan masa depan yang indah dirantauan,
Namun karena suata keadaan, mengharuskan mereka untuk pulang dan mencari harapan baru.
Diceritakan oleh seorang anak yang terlahir di rantauan, dimana Bali dalam berita dikisahkan;
Satu persatu, barang barang yang cukup besar dinaikan ke atas mobil, menyusul kemudian barang - barang yang kecil.Aku masih asik mengayuh sepeda, sedangkan adikku yang masih 1,5 tahun dipangku oleh bibiku sambil memandangi ibuku yang mengkemas baju baju dan beberapa alat mainku dan adikku.
Aku masih belum mengerti....
Aku hanya melihat wajah bapak dan ibuku tampak murung dari biasanya...Aku masih mengayuh sepedaku mengelilingi halaman kosku. Tante dan om di sebelah kosku tampak mendekati aku dan menjawil pipiku,
"Sampai jumpa ya cantik".
Aku hanya tersenyum, aku tidak paham kenapa mereka berkata seperti itu.
Aku mendekati bapakku yang sedang istirahat sejenak bersama pamanku sambil minum kopi dan makan jajan yang dihidangkan ibuku...
Bapakku tersenyum, aku tahu itu senyum terpaksa
Aku mendekati bapakku yang sedang istirahat sejenak bersama pamanku sambil minum kopi dan makan jajan yang dihidangkan ibuku...
Bapakku tersenyum, aku tahu itu senyum terpaksa
"Tidak apa apa kan, nanti setelah Corona hilang, kamu sekolah di kampung sayang" tanya Bapak.Oooh, aku tahu. Hari ini adalah hari yang pernah dibicarakan Ibu dan Bapak, tentang pilihan satu satunya untuk balik tinggal di kampung lagi, setelah satu satunya pekerjaan bapak, menjemput turis, harus berhenti karena Virus Corona dan mobil satu satunya harus dijual karena tidak kuat lagi mengangsur cicilan.
"Ya bapak" sahutku sambil terbayang, aku kemungkinan harus berpisah dengan teman teman di kos, teman di sekolah dan tetangga sebelah yang suka usil kalau aku sedang main.Virus Corona ini telah menghancurkan semua mimpi Bapak dan Ibuku, mimpi membangun hidup yang lebih baik di Kota Denpasar. Dulu aku sering di ajak makan di luar, beli Pizza atau Ayam Goreng kesukaanku.
Setelah virus, aku dan adik serta ibu nyaris tidak pernah keluar. Bapak sempat beberapa kali keluar rumah, namun aku dengar hanya satu kata yang sering diucap ketika ibu menyambut "Sepi Ma" tanpa senyum dibibirnya seperti biasa.
"Jadi, ini saatnya aku harus ke kampung, berkumpul bersama kakek, nenek dan sepupu.. Aku akan sekolah di sekolah yang baru dan memiliki teman baru" gumamku sendiri.Aku masih terus mengayuh, sampai Ibuku memanggil "Ta sayang, sepedamu harus dinaikkan ke mobil sayang, sekarang kita berangkat nak" panggil ibuku lemah.
"Ya ma" kataku bergegas mendekati paman yang dengan cekatan mengambil dan mengikat sepeda mini merah kesayanganku.Tampaknya, Bapak dan ibuku telah menyerah. SELAMAT TINGGAL KOTA DENPASAR, SELAMAT TINGGAL MIMPI, AKU TIDAK TAHU KAPAN AKAN KEMBALI...... 😔
***