Mardhawa artinya rendah hati; tidak sombong dan berfikir halus, sebagai bagian dari ajaran Dasa Yama Bratha dimana contoh pelaksanaannya dapat diberikan sebagai berikut :
- Selalu ringan tangan suka membantu orang yang membutuhkan pertolongan,
- Menghargai orang lain,
- Menghormati orang lain,
- Tidak mementingkan diri sendiri,
- Peduli terhadap orang lain,
- Bersikap empati terhadap penderitaan orang lain sehingga memiliki keinginan untuk memberi pertolongan,
- Menyadari diri memiliki kelebihan dan kekurangan,
- Menghindarkan diri dari perbuatan merendahkan harga diri orang lain,
- Selalu bersikap sabar dan tidak membalas dendam,
- Dapat menerima kelebihan dan kekurangan orang lain.
Ada sebuah cerita, adakalanya bersikap sombong, tidak dapat menerima kelebihan orang lain dan juga tidak mau menyadari atas kekurangan diri sendiri juga disebutkan akan dapat menimbulkan masalah seperti satua I katak dot dadi Lembu oleh SukeniBlog sebagaimana diceritakan :
Dahulu, di tengah padang rumput yang sangat luas, terdapatlah sebuah kolam yang dihuni oleh berpuluh-puluh katak.
Diantara katak-katak tersebut ada satu anak katak yang bernama Kenthus,
- Dia adalah anak katak yang paling besar dan kuat.
- Karena kelebihannya itu,
- Kenthus menjadi sangat sombong.
- Dia merasa kalau tidak ada anak katak lainnya yang dapat mengalahkannya.
Sebenarnya kakak Kenthus sudah sering menasehati agar Kentus tidak bersikap sombong pada teman-temannya yang lain. Tetapi nasehat kakaknya tersebut tidak pernah dihiraukannya.
Hal ini yang menyebabkan teman-temannya mulai menghindarinya, hingga Kenthus tidak mempunyai teman bermain lagi.
Pada suatu pagi, Kenthus berlatih melompat di padang rumput. Ketika itu juga ada seekor anak lembu yang sedang bermain di situ. Sesekali, anak lembu itu mendekati ibunya untuk menyedot susu.
Anak lembu itu gembira sekali, dia berlari-lari sambil sesekali menyenggok rumput yang segar. Secara tidak sengaja, lidah anak sapi yang dijulurkan terkena tubuh si Kenthus.
"Huh, berani makhluk ini mengusikku," kata Kenthus dengan perasaan marah sambil coba menjauhi anak lembu itu. Sebenarnya anak lembu itu pula tidak berniat untuk mengganggunya. Kebetulan pergerakannya sama dengan Kenthus sehingga menyebabkan Khentus menjadi cemas dan melompat dengan segera untuk menyelamatkan diri.
Sambil terengah-engah, Kenthus sampai di tepi kolam. Melihat Kenthus yang kelihatan sangat capek, kawan-kawannya nampak sangat heran.
"Hai Khentus, mengapa kamu terengah-engah, mukamu juga kelihatan sangat pucat sekali,” Tanya teman-temannya.
"Tidak ada apa-apa. Aku hanya cemas saja. Lihatlah di tengah padang rumput itu. Aku tidak tahu makhluk apa itu, tetapi makhluk itu sangat sombong. Makhluk itu hendak menelan aku." Kata Kenthus..
Kakaknya yang baru tiba di situ menjelaskan.
"Makhluk itu anak lembu. sepengetahuan kakak, anak lembu tidak jahat. Mereka memang biasa dilepaskan di padang rumput ini setiap pagi."
"Tidak jahat? Kenapa kakak biasa bilang seperti itu? Saya hampir-hampir ditelannya tadi," kata Kenthus.
"Ah, tidak mungkin. Lembu tidak makan katak atau ikan tetapi hanya rumput." Jelas kakaknya lagi.
"Saya tidak percaya kakak. Tadi, aku dikejarnnya dan hampir ditendang olehnya." Celah Kenthus.
"Wahai kawan-kawan, aku sebenarnya bisa melawannya dengan mengembungkan diriku," Kata Kenthus dengan bangga.
" Lawan saja Kenthus! Kamu tentu menang," teriak anak-anak katak beramai-ramai.
"Sudahlah Kenthus. Kamu tidak akan dapat menandingi lembu itu. Perbuatan kamu berbahaya. Hentikan!" kata Kakak Kenthus berulang kali tetapi Kenthus tidak mempedulikan nasehat kakaknya.
Kenthus terus mengembungkan dirinya, karena dorongan dari teman-temannya. Sebenarnya, mereka sengaja hendak memberi pelajaran pada Kenthus yang sombong itu.
"Sedikit lagi Kenthus. Teruskan!" Begitulah yang diteriakkan oleh kawan-kawan Kenthus. Setelah perut Kenthus menggembung dengan sangat besar, tiba-tiba Kenthus jatuh lemas.
Perutnya sangat sakit dan perlahan-lahan dikempiskannya. Melihat keadaan adiknya yang lemas, kakak Kenthus lalu membantu.
Mujurlah Kenthus tidak apa-apa. Dia sembuh seperti sedia kala tetapi sikapnya telah banyak berubah. Dia malu dan kesal dengan sikapnya yang sombong.
***