Menyembah Butha

Menyembah Bhuta sejatinya adalah lambang dari kasih sayang kita pada alam agar terjaga kelestariannya;
saat sembahyang yang dilakukan dengan cakupan tangan sejenak di dada tapi dengan ujung jari menghadap ke bawah sebagai penghormatan pada buta kala/magluk halus yang biasanya diterapkan pada saat upacara pecaruan.
Karena ritual pecaruan yang sejatinya merupakan bagian dari bhuta yadnya yang bertujuan untuk memohon kehadapan Hyang Widhi (Tuhan Yang Maha Esa) 
agar beliau menyucikan dan menetralisir kekuatan - kekuatan yang bersifat negatif yang sering menimbulkan gangguan serta bencana agar dapat menolong dan melindungi kehidupan manusia dan alam semesta ini.
Menyembah bhuta dalam pemujaan bertahap, ilmuhindu nusantara disebutkan pula bahwa makna menyembah ini bukan berarti menyerahkan diri pada bhuta secara total seperti menyembah Tuhan.

Dalam Sarasamuscaya 135 disebutkan untuk menegakkan tujuan hidup agar tercapainya dharma, artha, kama dan moksha seperti yang diharapkan 
Hendaknya terlebih dahulu disebutkan kita harus melakukan bhuta hita yang bertujuan untuk mensejahterakan alam ini. 
Manusia bisa hidup dari yadnya bhuta untuk alam ini. Karena itu manusia wajib melakukan yadnya pada Bhuta yang dalam Lontar Panca Sembah dinyatakan 
menyembah Bhuta dengan mencakupkan tangan di pusar, bukan di atas ubun-ubun seperti menyembah Tuhan. 
Sikap menyembah ini melambangkan sikap untuk membangun kasih sayang pada alam lingkungan.
***