Taittiriya Upanisad

Taittiriya Upanisad adalah pelita dharma dalam Hindu yang berisikan tentang penyampaian kebenaran dan mantra-mantra ritual yang digunakan (Satyam Veda, Dharma Chara) yaitu sebagaimana dikatakan :
Peganglah ajaran agama sebaik-baiknya. Biasakanlah berbuat baik dan benar atau berdasarkan Dharma;
Dan tanpa memutus kesinambungan dari leluhur. Ibu, ayah, guru dan tamu harus diperlakukan seperti orang suci
Kebaikan dari tindakan memberikan derma atau kewajiban diagungkan dalam Upanisad ini dimana kutipan Slokanya diantaranya disebutkan yaitu :
  • Taittiriya Upaniṣad I.1.11 menyebutkan bahwa : Satyaṁ veda Dharmācara svadhyaya mā pramadaḥ –
Berbicaralah jujur/benar, ikutilah ajaran Dharma, kembangkan keinginan belajar dan memuja Tuhan Yang Maha Esa dan janganlah lalai/sampai lupa.
Yato va imani bhutani jayante,
yena jatani jivanti
yat prayanty abhisam visanti,
tad vijinasasva tad brahmeti.
Artinya :
Dari mana semua ini lahir, dengan apa yang lahir ini hidup, kemana mereka masuk setelah kembali, ketahuilah, bahwa itu adalah Brahman.
  • Dalam pewarisan sifat genetika dikatakan bahwa :
“yang hidup berasal dari yang hidup juga”, maka dari itu sel sperma dan juga sel telur adalah bibit kehidupan sehingga didalamnya terdapat atman. 
Dari zaman ke zaman Kitab Taittiriya Upanisad ini juga dikatakan telah dipelajari secara luas, lebih dari Upanisad yang lain. Mantra-mantranya yang digunakan dalam kebanyakan upacara (Karmanusthana) diambil dari sini.
Dan mantra-mantra seperti matru devo bhav, pitru devo bhav, acarya devo bhav dikatakan hanya ditemukan disini yang dalam pembagian Taittiriya Upanisad dalam kutipan artikelnya Reza Kartika disebutkan terdiri dari :
  • Sikskhavalli membahas berbagai aspek tentang kendali atau pantangan yang dijalankan selama tahap Brahmacarya.
  • Anandavalli membahas tingkatan kebahagian dan memuncak dalam Brahmananda.
    • Anandamayakosa sebagai pusat dari Panca Maya Kosa dimana disebutkan Atman bersemayam disini dalam unsur alami dan dalam keadaan bahagia.
    • Setiap Kosa telah “dipesonifikasi” menjadi seekor burung dan ajarannya mengibaratkan kepala, sayap kiri, sayap kanan, tubuh, ekor burung dan lain-lain. “Yato vaacho nivartante” dan mantra-mantra lain yang sering dikutip seperti “tidak ada yang ditakutkan oleh seseorang yang telah menyadari keadaan kebahagian Brahman, tanpa perlu meraih melalui ucapan dan pikiran” muncul dalam upanisad ini.
  • Bhriguvalli yaitu tentang apa yang diajarkan Varuna pada putranya, Bhirgu sebagai penerus ajaran Manu.
    • Sang guru, Varuna, memotivasi putranya untuk melakukan sendiri telaah yang mendalam dan mengalami sendiri hasilnya. 
      • Karena itulah Bhirgu sendiri yang membuat sanksi untuk dirinya dan pada mulanya menyadari Annamaya Kosa atau tubuh adalah sebagai kebenaran akhir. 
      • Tapi ia melanjutkan tapanya hingga secara progresif mencapai tingat lebih tinggi yaitu Pranamaya (hidup), Manomaya (citta), Vigyamaya (pengetahuan), dan meraih keadaan bahagia–Aanandamaya-tingkatan dimana dengan pengalaman dia menjadi tahu bahwa kebahagian adalah kebenaran akhir seperti yang dikatakan pada alam Siwa Loka.
Hal ini tidak berarti bahwa Upanisad menganggap rendah kehidupan duniawi biasa yang berhenti pada tingkatan tubuh-Annamaya
Seseorang perlu mengerti kebenaran tertinggi bahkan ketika mengejar tujuan hidup duniawi.
Dengan menjalani hidup sesuai Dharma, kehidupan ini seharusnya dianggap sebagai sarana (upaaya)-alat untuk meraih tingkatan yang lebih tinggi.
***