Nista

Nista adalah tingkatan / ukuran yang kecil yang dalam beryadnya disebutkan suatu keadaan yang bersifat sederhana namun tidak mengurangi makna.
Dan dapat mensyukuri atas apa yang telah Tuhan berikan merupakan sesuatu hal yang sangat kecil namun dikatakan memiliki makna yang sangat suci.
Seperti halnya dalam tingkatan pelaksanaan upacara yadnya yang juga disebut sebagai bagian yang paling bawah atau yang terkecil dalam ukurannya.
Dengan menghaturkan segehan sebagai tingkatan upakara nista pada bhuta yadnya yang sangat sederhana dikatakan juga berfungsi sebagai persembahan kepada Tuhan atau manifestasi-Nya untuk memancarkan energi spiritual dan dapat menangkal segala mara bahaya secara niskala yang mungkin akan menimpa.
Demikian pula makna dari nista yang beragam ini, yang di Bali terkadang disebutkan pula yaitu :
  • Nistaning Nista yaitu yang paling sederhana dari yang terkecil..
  • Nistaning Madya, paling sederhana dari yang menengah
  • Nistaning Utama, yang paling sederhana dari yang tertinggi atau yang utama dll.
Namun dalam tingkatan Tri Angga,
Bhur Loka disebutkan merupakan posisi terendah/kotor dari Tri Loka ini yang dihuni oleh jiwa-jiwa (atman) yang bathinnya gelap, hina dan hidupnya tidak benar yang jauh dari tindakan terpuji.
Karena disebutkan sebagai tantangan dan hambatan dalam mencapai moksa sesuai dengan ajaran Agama Hindu berdasarkan zaman globalisasi ini dikatakan bahwa,
Sejatinya tindakan manusia yang terpuji adalah mereka menjauhkan diri dari kebodohan (Punggung), iri hati (Irsya), dan marah (Krodha) serta sifat-sifat negatif yang lainnya seperti ‘mabuk, berjudi, bermain wanita, dan bertindak anarkis’ karena dapat mengantarkan seseorang menjadi insan yang nista.
Manusia sepatutnya selalu berusaha untuk menjadi insan yang terpuji, sebab pada dasarnya setiap kelahiran manusia adalah baik. 
Hal ini dikatakan dapat dibuktikan dengan diberikannya berbagai macam predikat kepada manusia, seperti; manusia adalah makhluk: (individu, berpikir, religius, sosial, berbudaya) dan yang lainnya.
Dan demikian pula halnya dengan terpeliharanya dengan baik Nista Mandala dalam desa pakraman seperti dengan adanya pekarangan, sawah, teba, dan sebagainya akan menjadi salah satu langkah untuk dapat mewujudkan keharmonian Tri Hita Karana sebagai wilayah profan, tempat manusia melakukan aktivitas pekerjaan untuk melanjutkan kehidupannya.
***